Logo Cine Crib (Doc. Pribadi) |
Jakarta - Berawal dari kebiasaan menulis review film di blog yang pada akhirnya harus merelakan blog karena dihack seseorang sampai terserang virus Malware, Aria Gardhadipura terjun ke dunia Youtube membawa tema yang sama dengan blog yang dia kelola dahulu, Cine Crib. Hey! Journal pada Rabu (20/2), berkesempatan untuk mewawancarai Aria dari Cine Crib, Youtuber yang rutin melakukan review film di channelnya.
"Awalnya itu aku adalah seorang movie blogger sejak tahun 2010, cuma waktu tahun 2015 blog aku di hack dan ternyata sudah disusupi Malware. Yasudah deh aku akhirnya memutuskan pindah platform. Pada 2016 aku memilih untuk memindahkan review film dalam tulisan menjadi video review biar lebih lugas aja dan terlihat lebih enak. Karena melihat minat baca seseorang sudah mulai berkurang, oleh karena itu sejak 2016 itu pula di Film Headshot karya Timo Brother, kita mulai berdiri sebagai Cine Crib."ujar Aria.
Untuk Tahun ini , Aria dari Cine Crib sangat menantikan penayangan Gundala karya Joko Anwar. Cine Crib menilai kehadiran film superhero di Indonesia sudah sangat telat, berselisih sekitar 2 dekade. "Penasaran aja apalagi kan kita telat banget rilis film superhero karena di luar sana film genre superhero sudah rilis dari 2 dekade sebelumnya"
Selain karena alasan penasaran tentang film superhero lokal yang akan tayang di Indonesia dalam waktu dekat, sosok Joko Anwar yang mendapat tugas sebagai sutradara dan penulis skenario film juga menjadi daya tarik tersendiri. "Indonesia memang harus mulai sih supaya ada variasi genre film, tidak hanya itu-itu saja. dan ini jadi pembuktian Joko Anwar sih, yang udah beberapa kali buat film yang oke. Apa dia bisa menangani genre film ini? sementara dia dulu lebih terkenal dengan genre thriller, mysteri horror dan lain-lain gitu"
Sering melakukan review film, ternyata Aria dari Cine Crib punya niatan sejak lama untuk terjun langsung membuat karya film. namun karena suatu alasan tertentu, Aria enggan untuk meneruskan impiannya tersebut. "sebelum Cine Crib berdiri sebenarnya aku dan teman-teman sudah pernah buat film pendek beberapa kali. selalu ada cita-cita kesana gitu, ke dunia perfilman. Sampai detik ini pun aku selalu punya cita-cita kesana, tapi tahu sendiri lah gimana industri perfilman di Indonesia ? bukannya mau skeptis sih ya, cuman industri perfilman Indonesia sekarang ya bukan industri. Apa mereka bisa gitu menerima orang-orang baru lewat mana dan bagaimana gitu. kadang-kadang kita nggak pernah tahu, film Indonesia contohnya, siapa sutradara baru yang emang bener-bener memulai dari nol? kayaknya jarang banget gitu. Rata-rata itu emang sutradara sudah termasuk lingkaran dari mereka lagi. Jadi kalau misalnya untuk terjun langsung ke dunia perfilman kalau secara realistis di Indonesia saat ini kita ada cita-cita walaupun itu mungkin berat sekali ya"
Terakhir , Aria berpesan untuk pecinta film khususnya film tanah air untuk mencintailah sesuatu dengan wajar. "cintailah film lokal dengan wajar, cintailah mereka dengan memberikan dorongan agar bisa membuat karya film yang lebih baik lagi. bukan dengan mencintai dengan membabi buta. sekarang itu banyak sindrom yang aku juga nggak tahu pasti, udah tahun 2019 , di Cine Crib masih ada yang komen "Hargai dong film Indonesia", tapi kita nggak pernah tahu apakah dia pernah nonton semua film Indonesia yang ada? nah itu yang semestinya dipertanyakan. Karena dengan sering menonton, kita tahu gitu, apa yang harus dicintai dan apa yang tidak gitu. karena kalau semua menganggap mindsetnya harus menghargai seluruh perfilman Indonesia, sama aja dengan kita juga mendukung film-film ancur di Indonesia terus tumbuh. Jadilah pecinta film yang cerdas, banyak referensi, dan sering ngobrol sama orang gitu. maksudnya sering bertukar pikiran dengan orang lain. Bagaimana menilai sebuah film yang benar-benar dibuat dengan hati dan keseriusan oleh si filmmaker dan tim atau sebuah film yang jelek namun dipaksakan"
Tidak meratanya infrastuktur yang ada di Indonesia tentang perfilman juga menjadi konsen tersendiri dari Aria Cine Crib. "Bioskop di Indonesia paling banyak di Jakarta, di daerah lain itu masih jarang banget. mungkin dengan kita bisa sering menonton film langsung di Bioskop, bisa membangun agar perfilman di Indonesia semakin maju dan makin banyak filmmaker berkualitas jempolan yang muncul di Tanah Air"
Tentu saja, majunya perfilman di Indonesia adalah mimpi kita bersama. (MAr.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar