Isha Hening --yang paling cantik-- (Doc. Pribadi)
Jakarta -  Wanita di balik Visual Stage berbagai macam konser band-band besar Indonesia dan Mancanegara , Isha Hening yang juga bisa dibilang salah satu sosok dibalik kesuksesan Festival EDM terbesar Asia , Djakarta Warehouse Project dengan visual-visual yang apik ditambah kemegahan Garudhaland (Garudabot) , bercerita sedikit apa saja rahasia dibalik karya-karya yang selama ini ia buat.








Biasanya seorang Designer seperti Isha membutuhkan rancangan storyline (gambaran besar suatu karya yang akan dibuat dalam bentuk tulisan-tulisan) storyboard (gambaran visual scene per scene yang menjadi acuan untuk membuat karya digital maupun non digital) sebelum memulai project , namun tidak selamanya demikian , Isha mengaku kalau ada beberapa project yang tidak memerlukan storyline dan storyboard
"Beberapa ada sketsanya, beberapa nggak, tergantung gua lagi bikin apa ? shownya kayak apa ? Karena ada hal-hal yang bisa langsung dikerjain di digital , tapi ada juga beberapa project yang gua membutuhkan stroyboard, storyline, itu biasanya gua gambar-gambar dulu"ujar Wanita yang juga beberapa kali menggarap konser Raisa, seperti Konser Raisa pada 2016,  serta Konser Iwan Fals baru-baru ini tepatnya 30 Maret yang lalu.

Tentang alat yang digunakan Isha dalam menunjang pengerjaannya sebagai Motion Grapher, tidak ada software khusus yang ia gunakan, semua alat serta software adalah standard pengerjaan seorang Designer yang memang banyak menggunakan alat dan software tersebut dalam membantu pengerjaannya. "Alat-alat yang gua pake sih yang pasti sih komputer ya untuk menunjang kebutuhan motion graphic , dan kalau alat gua mungkin pakai Pen Tablet dan  kalau software yang gua pake kebanyakan Adobe After Effects , sama Cinema 4D , Cinema 4D untuk 3D , untuk 3D kadang pakai Maya juga dan udah sih itu aja dan yang paling sering gua pake After Effects dan Cinema 4D ditambah software pendukung lain kayak Photoshop atau Illustrator" jelas Isha Hening yang mungkin ingin menjelaskan bahwa untuk berkarya tidak terbatas pada kecanggihan software saja, melainkan juga mengasah kemampuan dalam menguasai software tersebut sampai mahir dan juga ditambahkan ide yang melimpah.

Seorang desainer, apalagi yang berhubungan erat dengan Motion, harus lebih dahulu memiliki ide atau inspirasi yang kemudian dapat dituangkan secara perlahan ke dalam canvas bernama karya digital. Untuk urusan ini, Isha Hening yang aktif di DWP sejak 2012, serta hanya absent di DWP 2013 mengaku kalau ia jarang untuk melihat referensi dan lebih mengandalkan kekayaan ide yang melimpah dari dalam dirinya."Kalau inspirasi sih kebetulan gua ngayal-ngayal sendiri sih ya, Jadi gua orangnya memang agak suka space out (bengong) , dan jarang lihat reference , jadi kebanyakan sih (inspirasi itu) datangnya dari kehidupan pribadi dan kebanyakan menghayal"jelas Isha Hening

Untuk  menuangkan ide menjadi sebuah karya terutama berhubungan dengan Motion Graphics, selain memiliki ide yang melimpah juga dibutuhkan tekad dan kemampuan memadai. Hal itu menurut Isha Hening bisa ditempuh dengan penguasaan teknis. "Kalau di Motion Graphics caranya adalah bagaimana supaya kita mewujudkan dari ide menjadi outputnya kalau di gua gitu adalah dengan menguasai teknisnya juga jadi supaya apa yang kita buat bisa tertranslasi dengan baik dan bisa di eksekusi dengan baik ya , Jadi kemampuan technical skillnya juga perlu diasah terus"lanjut Isha Hening yang pada beberapa waktu lalu juga aktif dalam pengerjaan end credits  untuk film Foxtrot Six garapan Randy Korompis.

Bagi pemula yang ingin latihan menjadi seorang designer baik Visual dan Motion Graphics , namun belum tahu harus software apa yang sebaiknya digunakan , Isha Hening memberikan saran untuk menggunakan software jenis open source atau bisa menggunaka  versi trial dari software untuk mengasah kemampuan. Selain itu pemula harus wajib banyak latihan dan mencari style design sendiri. "untuk pemula yang mau belajar 3D bisa download aplikasi open-source misalnya Blender dan untuk yang mau belajar motion graphics sayangnya gua belum menemukan yang sekiranya bisa menggantikan After Effects, tapi kalau mau coba, cobain aja versi trialnya After Effects,Tipsnya harus banyak latihan , kemudian coba untuk cari style sendiri jangan meniru style orang lain kecuali untuk kepentingan belajar. Tapi nanti kalau sudah berkarya harus sebisa mungkin cari hal-hal lain , jangan kayak lihat apa terus di copy gitu aja. dan yang paling penting banyak latihan sih"ujarnya sembari menunjukkan senyumnya yang begitu indah. (MAr.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar