Coki Pardede & Tretan Muslim
Jakarta - Menjadi standup comedian membutuhkan keresahan yang cukup agar bisa mengeluarkan jokes-jokes yang bisa menjadi bumbu penyedap . Namun apa jadinya jika keresahan tersebut bersifat sensitif? Hey! Journal berbincang bersama duo komedian dari Majelis Lucu Indonesia (MLI), Coki Pardede (Coki) dan Tretan Muslim (Muslim) yang sering membawakan konten yang cukup sensitif . Bertemu selepas mengisi acara di FX Sudirman pada Sabtu (30/03) , Coki mengaku terdapat kendala yang terjadi dalam membahas konten yang sensitif, apalagi mereka sempat heboh dengan kejadian yang terjadi di 2018 yang lalu .  "Kendala sih pasti ada, karena biasanya keresahan kita adalah keresahan yang sensitif , jadi kendalanya adalah bagaimana caranya mencari garis tengah dan keresahannya bisa tetap sampai , tapi meminimalisir damage" 
Muslim pun ikut mengeluarkan pendapatnya melengkapi jawaban Coki . "Itu selain kita melakukan filtering pada saat mau buat konten, filtering selanjutnya ada di  censorship" - "Tapi itu hanya berlaku di konten-konten yang range nya lebih luas , seperti di social media . Tapi kalau hanya off-air kita bisa lebih kontrol" ucap Coki kembali melengkapi jawaban Muslim .


Dikarenakan sering membahas hal-hal yang berbau sensitif, mulai banyak haters yang bermunculan di sosial media,  Coki dan Muslim mengaku tidak mempedulikan terlalu dalam mengenai hate-hate yang beredar kepada mereka berdua . Kecuali ada hate yang bisa membangun. "Kalau saya sih nggak munafik ya, saya pasti punya haters , tapi kalau saya tuh lebih seneng sama orang yang haters tapi kasih saran , kalau orang hanya berkata 'MLI b^N§~t' tanpa memberi saran berarti yaudah itu hanya orang yang nggak senang aja, saya nggak memperhatikan itu , tapi kalau mereka kayak 'ah Debat Kusir, durasinya kelamaan atau audionya kurang naik',  Itulah yang saya perhatikan . Kalau cuma untuk ngata-ngatain kita sih ah yaudah berarti emang dia nggak suka dan kita nggak bisa maksa mereka suka sama kita . Kalau nggak suka yaudah" 
"Karena kita sangat memegang teguh namanya freedom of speech . Jadi kita nggak masalah sih di hate orang"lanjut Coki yang langsung dibalas lagi oleh Muslim "Kita bebas bikin konten, ya bebas juga orang untuk ngatain kita" "kita nggak pernah baper, tapi kalau kritiknya lebih kepada teknis itu yang lebih kita perhatikan , karena itu kan berhubungan dengan kepentingan konten juga . Tapi kalau orang bilang 'Coki penista, atau Muslim apa-apa' ya gak apa-apa terserah mereka mau bilang apa itu hak mereka" ujar Coki . 

Di dalam konten Debat Kusir , Coki dan Muslim sering menggunakan outfit dengan tulisan atau desain yang cukup unik. Muslim menjelaskan  bahwa ada misi khusus dari dalam konten tersebut dan mereka memanfaatkan media outfit sebagai tempat dalam mengkampanyekan misi mereka . "Kita tuh ingin menyampaikan pesan-pesan tanpa ngomong , niat kita adalah menyampaikan suatu pesan tanpa menggurui" 
"ya daripada kita ngomong di video kita , 'mari bertoleransi' kan capek ya dan anak muda kalau digurui nggak mau juga jadi kita masukin message itu dari baju atau apa jadi mereka kenanya lewat cara halus, nggak harus dengan paksaan"tambah Coki.


Konten Debat Kusir yang hadir sejak 2018 lalu berhasil menjadi tren baru di kalangan anak muda sampai membuat bahasa-bahasa baru diantara anak muda seperti "bukan golongan kami" "jin ifrit menguasai anda" dan yang paling terkenal adalah tawa khas Muslim "hiyahiyahiya"

Coki menjelaskan bahwa alasan kenapa banyak sekali anak muda yang menggemari konten dari Coki dan Muslim terutama konten Debat Kusir adalah karena mereka cukup dekat dalam menyampaikan keresahan yang juga dialami dan berhubungan dengan anak muda . 
"Kalo kita ya, kita tuh cara menarik anak muda, kita cari sesuatu yang lagi jadi pop culture, baru dari situ kita jadiin bahasan atau kita cari keresahan kita dari pop culture" 
Muslim melanjutkan "Dan Awalnya sih kita tidak menciptakan pasar kita . Kita tuh bikin konten, bikin karya ternyata anak muda"ucap Muslim dan kemudian juga di terima oleh Coki sambil melanjutkan "kebetulan kita dari awal tidak ingin menargetkan anak muda , kebetulan saja (banyak memikat) anak muda yang menyukai konten dan memang kita konstan untuk bikin konten-konten yang related dengan anak muda jadi ya memang rata-rata anak muda sih ya" 

Coki kemudian menyampaikan pandangannya sendiri tentang anak muda zaman sekarang ini . "Asik-Asik anak muda zaman sekarang, sama seperti anak muda zaman dulu, cuma karena sekarang ada sosial media, jadi banyak kegiatan-kegiatan anak muda yang lebih terekspose daripada zaman dulu . Jadi menurut gua anak muda zaman dulu dan sekarang ya sama aja, cuma anak muda zaman sekarang lebih dituntut sisi kreatifnya sih karena hidup di dunia digital, hidup di dunia dimana sisi kreatif sangat dituntut" 

Dalam beberapa waktu, Umat Lucu --Penonton setia MLI-- meminta untuk membahas isu tertentu agar dibahas di Debat Kusir namun tidak pernah dibuatkan kontennya . menurut Coki dan Muslim keresahan yang amat besar lebih penting daripada sekedar viralnya sebuah masalah keresahan di dunia maya. "Biasanya kalau ada topik yang tidak kita bahas dan itu pertimbangannya banyak , dari mulai pertimbangan apakah nanti akan jadi masalah atau apakah topik ini cukup hype untuk dibahas" ujar Coki dan ditambahkan Muslim "Dan Pertimbangan selanjutnya adalah kalau kita bahas di Debat Kusir biasanya kita sendiri harus resah . Jadi kita tidak bisa meresahkan diri , contoh kasus ada yang rame kemarin Rakry-Indri itu kan cukup rame , cukup hype . banyak orang yang minta bahas dong, bahas dong" Coki mengiyakan sambil berucap "ya kalau kita tidak resah ya kita tidak akan membahas, kita tidak ingin membuat-buat keresahan kita sendiri, kecuali ada klien ya" 

Muslim kemudian menjelaskan bahwa apa saja yang ditampilkan di Debat Kusir adalah asli keseharian antara Coki dan Muslim "kalau kayak style di Debat Kusir itu sebenarnya itu adalah sehari-harinya kita apakah kita terinspirasi (akan sesuatu hal) kalau nada-nada itu dari Coki terus waktu itu saya ada nonton film Boboboi , karena itu kita terbawa-bawa hal tersebut dan akhirnya terbawa sampai ke konten . Kita tidak pernah menyiapkan untuk kita menciptakan ini dong, itu memang keresahan kita yang terbawa ke konten"


Beberapa Umat Lucu ada yang berkomentar di konten video Debat Kusir 'saya rindu jokes di dalam riwayat blablabla' Muslim pun memberikan tanggapannya tentang mulai berkurangnya jenis jokes itu dan hal sensitif yang menjadi dasar . "Karena ya memang kalau saya menyebutnya secara gamblang 'menurut ini' itu ternyata mungkin dapat menyinggung beberapa orang itulah kenapa kami jarang memainkan ini . Jadi, karena itu terlalu offense mungkin bagi mereka , terlalu gamblang . Jadi ya kita nggak mau cari masalah" 
"Sebenarnya nggak dikurangin sih, itu tetap kita pake ,  tapi tidak sesering dulu pake jokes itu , karena kita kebetulan di keresahan kita yang terbaru nggak perlu juga pake jokes itu dan jokes itu kan kalau diulang-ulang terus kan nggak lucu, jadi lebih ke konteks, kalau nanti memang dibutuhkan pakai itu ya kita pakai itu" tambah Coki "Tapi ya tetap dengan filter garis tengah tadi"tutup Muslim


Terakhir , Coki dan Muslim berharap agar terus bisa berkarya dan menyampaikan keresahan yang relevant dengan zaman .  "Harapannya sih selamat , itu yang nomor satu dan yang kedua adalah kita akan terus bikin konten sesuai dengan keresahan-keresahan kita, dan mencoba untuk tetap relevant sama zaman, itu aja sih"ucap keduanya dengan penuh optimis .  (MAr.)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar